Terapi Fisik vs Terapi Okupasi untuk Pemulihan Gerak Pasca Stroke
Stroke dapat mengubah kehidupan seseorang secara drastis. Setelah serangan, banyak pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan keseimbangan, hingga kesulitan bergerak. Namun, kabar baiknya adalah bahwa sebagian besar pasien stroke masih memiliki peluang besar untuk memulihkan kemampuan geraknya dengan bantuan terapi yang tepat. Dua jenis terapi utama yang paling sering direkomendasikan dokter adalah terapi fisik (fisioterapi) dan terapi okupasi (terapi kegiatan sehari-hari).
Meskipun keduanya sama-sama bertujuan untuk meningkatkan fungsi tubuh, pendekatan dan fokusnya berbeda. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap perbedaan, manfaat, dan peran kedua terapi tersebut dalam proses pemulihan pasien pasca stroke.
1. Mengapa Terapi Gerak Penting Setelah Stroke
Setelah stroke, otak kehilangan sebagian kemampuan untuk mengendalikan otot di satu sisi tubuh. Akibatnya, pasien bisa mengalami:
Lumpuh sebagian (hemiparesis),
Kehilangan koordinasi,
Keseimbangan tubuh menurun,
atau kesulitan melakukan aktivitas sederhana seperti makan, mandi, atau berpakaian.
Tanpa terapi, kondisi ini bisa memperburuk kekakuan otot, membuat sendi sulit digerakkan, dan memperlambat proses pemulihan. Oleh karena itu, terapi fisik dan terapi okupasi menjadi dua pilar utama dalam proses rehabilitasi pasca stroke.
2. Apa Itu Terapi Fisik (Fisioterapi)?
Terapi fisik atau fisioterapi berfokus pada pemulihan kemampuan gerak dan kekuatan otot. Terapis fisik membantu pasien melatih tubuh untuk bergerak kembali secara bertahap dan mengembalikan keseimbangan.
Tujuan Terapi Fisik:
Mengurangi kekakuan otot (spastisitas).
Melatih kekuatan dan fleksibilitas tubuh.
Meningkatkan koordinasi dan keseimbangan.
Melatih kemampuan berjalan, berdiri, atau berpindah posisi.
Contoh Latihan Terapi Fisik:
Latihan peregangan (stretching): untuk menjaga kelenturan otot.
Latihan berjalan dengan alat bantu: seperti walker atau tongkat.
Latihan keseimbangan: di atas bola terapi atau papan keseimbangan.
Latihan ketahanan otot: menggunakan beban ringan atau pita elastis.
Terapi fisik biasanya dimulai di rumah sakit segera setelah kondisi pasien stabil, kemudian dilanjutkan secara rutin di rumah atau pusat rehabilitasi.
3. Apa Itu Terapi Okupasi?
Terapi okupasi (Occupational Therapy/OT) berfokus pada kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Jika terapi fisik melatih tubuh secara umum, terapi okupasi lebih menekankan fungsi praktis seperti makan, berpakaian, menulis, atau mandi.
Tujuan Terapi Okupasi:
Membantu pasien menyesuaikan diri dengan keterbatasan fisik.
Melatih kembali keterampilan motorik halus seperti menggenggam sendok atau memegang pena.
Membantu pasien menggunakan alat bantu adaptif, seperti peralatan makan khusus atau pegangan kamar mandi.
Mengajarkan strategi baru untuk menyelesaikan aktivitas tanpa frustrasi.
Contoh Aktivitas Terapi Okupasi:
Melatih pasien berpakaian dengan satu tangan.
Menulis atau menggambar untuk melatih koordinasi tangan.
Simulasi kegiatan rumah tangga, seperti menyapu atau memasak.
Menggunakan alat bantu teknologi untuk meningkatkan kemandirian.
4. Perbedaan Utama: Terapi Fisik vs Terapi Okupasi
Aspek Terapi Fisik (Fisioterapi) Terapi Okupasi (Occupational Therapy)
Fokus utama Pemulihan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi tubuh Meningkatkan kemampuan menjalankan aktivitas sehari-hari
Bagian tubuh yang dilatih Otot besar seperti kaki, tangan, dan punggung Otot kecil seperti jari dan pergelangan tangan
Tujuan akhir Mengembalikan kemampuan bergerak dan berjalan Mengembalikan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari
Metode latihan Peregangan, latihan beban, latihan keseimbangan Aktivitas fungsional seperti makan, menulis, dan berpakaian
Tempat latihan Klinik atau rumah sakit Rumah, dapur, kamar mandi, atau lingkungan sehari-hari pasien
Keduanya saling melengkapi — terapi fisik membantu pasien bergerak, sedangkan terapi okupasi membantu pasien menggunakan gerak tersebut dalam aktivitas nyata.
5. Kapan Kedua Terapi Ini Dimulai
Idealnya, terapi dimulai sesegera mungkin setelah kondisi pasien stabil, biasanya dalam 24–48 jam setelah serangan stroke.
Fase pemulihan dibagi menjadi tiga tahap:
1. Fase akut (0–1 minggu): fokus pada pencegahan komplikasi dan latihan ringan di tempat tidur.
2. Fase subakut (1 minggu–3 bulan): mulai latihan intensif untuk mengembalikan gerak tubuh.
3. Fase kronis (3 bulan ke atas): terapi lanjutan untuk memulihkan kemampuan aktivitas sehari-hari.
Kombinasi terapi fisik dan okupasi pada tahap-tahap ini terbukti meningkatkan hasil pemulihan secara signifikan.
6. Peran Keluarga dalam Terapi
Dukungan keluarga sangat penting dalam keberhasilan pemulihan. Beberapa hal yang bisa dilakukan keluarga antara lain:
Membantu pasien berlatih sesuai panduan terapis.
Menjaga semangat pasien agar tidak menyerah.
Membuat lingkungan rumah lebih aman (misalnya dengan pegangan di kamar mandi atau lantai anti-slip).
Memberi dorongan emosional dan penghargaan atas kemajuan sekecil apa pun.
Komentar
Posting Komentar